Statistik

Hit hari ini : 8
Total Hits : 1,855,937
Pengunjung Hari Ini : 8
Pengunjung Online : 1
Total pengunjung : 522,729

Flag Counter

Home Berita dan Artikel

Berita dan Artikel

 Permainan Tradisional Begasing

Bertempat di halaman parkir Pulau Kumala Tenggarong Kutai Kartanegara, olahraga tradisional begasing yang merupakan bagian dari rangkaian Erau Adat Internasional Folk Art and Festival (EIFAF) 2014, Permainan Bagasing yang mendapat perhatian masyarakat yang ingin menyaksikan permainan olahraga tradisional ini sangatlah tinggi dan menjadi tontonan mengasikkan. Bahkan permainan ini sangat sulit dipisahkan dari keseharian masyarakat Kutai Kartanegara, mulai dari kalangan anak-anak, dewasa hingga orang tua beradu ketangkasan dalam memainkan gasing yang sudah ada sejak puluhan tahun silam.

 Begasing merupakan permainan yang dilakukan menggunakan alat berupa gasing dan tali penarik, sebongkah kayu berbentuk lonjong (simetris radial) dengan diameter sekitar 10 hingga 15 centimeter, tinggi sebuah gasing 15 sampai 20 centimeter, salah satu ujung dibuat lancip dan memiliki permukaan yang licin. Pada ujungnya dipasang bahan logam sebagai poros putaran, biasanya menggunakan paku jenis kayu yang digunakan kayu benggris atau ulin. Sementara tali penarik berdiameter 0,5 centimeter dengan panjang 1 hingga 1,5 meter.

  Kemudian tali ini dililitkan ke gasing dengan bagian ujung tali dikaitkan ke jari sang pemain. Setelah itu dilemparkan ke bawah seperti membanting sesuatu, sehingga tali melilitnya membuat gasing berputar dan gasing dapat berputar sekitar 2 sampai 7 menit. Area permainan yang digunakan berupa dua buah lingkaran dengan diameter 1 meter.  Lingkaran luar berdiameter 5 meter setiap lingkaran memiliki nilai yang berbebeda.

Begasing dilombakan secara berpasangan atau satu lawan satu, kedua pemain harus berusaha agar gasingnya berputuar selama mungkin dan tetap berada di area permainan dalam beberapa babak. Para pemain gasing secara bergantian menjatuhkan gasing milik lawan, gasing yang terlempar keluar area atau lebih dulu berhenti berputar dinyatakan kalah, poin diberikan pada pemain berhasil mengeluarkan gasing lawan atau gasingnya mampu berputar paling lama.

Tabli, S.Pd yang menjadi Koordinator acara mrngatakan olahraga tersebut terdiri dari beberapa kategori, diantaranya beradu turai dengan sistem gugur. "Jadi sistem permainannya sistem gugur, mana yang berputar lama itu yang jadi pemenang. Kegiatan ini diikuti 170 orang khusus untuk beturai dari 18 kecamatan dan 5 Kabupaten atau kota di Kalimantan Timur." Beliau juga menjelaskan dari permainan beturai akan diambil pemenangnya 1 (satu) sampai 4  (empat), siapa yang paling lama memutar itu juara satu. Sementara kreteria lainnya dinamakan berajaan dengan tiga orang pemain dan yang paling lama berputar akan jadi raja dengan durasi 10 menit, dan durasi finalnya selama 15 menit. Dan ada juga begasing beregu namanya memepal siapa banyak dapat nilai itu yang menang. Dan Saya berharap kelestarian budaya olahraga tradisional ini bisa terus dilestarikan, dan  diberikan ruang dengan menyelenggarakan turnamen antar 18 kecamatan dan tidak hanya orahraga begasing melainkan semua olahraga tradisional dapat dilestarikan diantaranya, permainan engrang, lomba perahu dan permainan tradisional lainnya.

 Penampilan Seni Tradisi Etnis Kutai Kartanegara

 Indonesia yang menjadi tuan rumah khususnya Kutai Kartanegara dalam gelaran Erau International Folk Art Festival 2014 ( EIFAF ), juga menampilkan sedikitnya empat seni tradisi   etnis yang ada di Kutai Kartanegara. diantaranya ialah tari    tradisionl suku pedalaman Mahakam Dayak Benuaq, penampilan tersebut di laksanakan di Panggung  utama yang berada di Jalan Ahkmad Muksin.

Panggung utama tersebut setiap malamnya diisi oleh sebelas peserta Erau International Folk Art Festival 2014 dari mancanegara, bagi tuan rumah Indonesia didedikasikan untuk seni dan budaya dari berbagai suku, seperti yang tampil saat ini suku Dayak Benuaq.

Di ketahui bahwa Dayak Benuaq yang memiliki mayoritas dan bermukim di Kutai Kartanegara ini menyuguhkan  seni tari khas Dayak Benua yaitu tari Gantar, Belian Sentiuw  dan Tari Belian Bawo.  Adapula Kelompok Seni Budaya Pondok Karya Desa Pondok Labu Tenggarong yang membawakan  drama tari  yang telah dikolaborasi antara   tari Gong dari suku Dayak Kenyah dipadu dengan tari  Gantar dan Belian Bawo khas Benuaq berjudul Gong Siluq.

pimpinan kelompok Ameng menjelaskan makna tari ini bercerita tentang   putri jelita yang tersesat di hutan belantara. Kemudian ditemukan dua pemuda. Kedua pemuda ini ingin merebut hati sang putri namun  tidak dapat menerima cinta keduanya. Kedua pemuda sepakat  bertarung siapa yang menang   akan mendapatkan   sang putri.

 Petarunganpun selesai pemenangnya  salah satu  pemuda, namun tiba tiba sang putri jatuh sakit.  Untuk mengobati sakit sang putri dua pawang melakukan ritual pengobatan tradisional   melalui upacara Belian, dan melalui upacara belian inilah kemudian pawang melakukan ritualnya dengan cara berputar sambil mengucapkan mantra mengelilingi sang putri sehingga  sehat seperti sediakala. Sedang kelompok Dayak Benuaq   Tonyoi Sempekat dari Kutai Barat menampilkan Tari Menyambut Tamu dan Belian Sentiuw. Antara Belian Sentiuw maupun Belian Bawo tidak jauh berbeda keduanya sama sama digunakan untuk upacara ritual pengobatan. Hanya saja  Belian Sentiuw    lebih dikenal oleh suku Tunjung Benuaq yang banyak bermukim di   Kecamatan Melak Kabupaten Kutai Barat.  Kedua sajian seni tradisi suku dayak ini sangat menghibur pengunjung panggung Erau International Folk Art Festival 2014, apalagi bagi para wisatawan asing, yang memang menyukai kesenian dan kebudayaan pedalaman Kalimantan.

 Pagelaran Seni Hongaria





 Masih dalam kemeriahan Erau International Folk Art Festival 2014, pagelaran seni yang yang di tampilkan setiap malamnya berlangsung meriah, Satu diantaranya yang tampil memukau di pentas pertunjukan seni tradisional rakyat  yang dibawakan kelompak The Hajdu Folk Dance Ensemble of Debrecen asal   Hongaria. Kelompok  ini menampilkan 2 jenis pertunjukkan rakyat yang hingga kini masih eksis di kalangan rakyat yang bermukim di sekitar taman nasional  negara itu.  Keduanya berjudul Shepards dance from Hortobagy dan Dance from Nagyivan. Dan di ketahui bahwa empat dari sebelas  Peserta Erau International Folk Art Festival 2014 yang saat ini sedang berlangsung di kota Tenggarong Kutai Kartanegara berasal dari negara di kawasan Eropah Timur.

 Tampilan seni tari ini menggambarkan Budaya berternak hewan peliharaan bagi warga Hongaria di kawasan Eropah Timur merupakan lahan penghidupan sekaligus mata pencaharian paling dominan dan utama. Sehingga beternak bagi mereka  identik dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa ternak hidup terasa hampa.

Menurut pimpinan kelompok Jozsef tarian Shepards dance ini menceritakan tentang para pengembala ternak yang sedang menjaga binatang mereka di ladang terbuka sambil memegang tongkat untuk menghalau ternak. Dalam pekerjaannya  peternak sering dihinggapi  rasa jenuh. Untuk menghilangkan kejenuhan   mereka sepakat  memghibur diri dengan tarian sambil memutar mutarkan  tongkat penghalau. Kebiasaan menari ini lah kemudian menjadi tradisi kesenian rakyat   terutama yang ada di kawasan sekitar Taman Nasional Hongaria.

 Sedangkan tari Dance from Nagyivan merupakan kelanjutan tari sebelumnya dimana dalam tari tradisi rakyat ini lebih dititik beratkan pada rasa suka cita setelah ternak mereka sudah bias dijual ke pasar. Nah uang hasil penjualan ternak  kemudian digunakan untuk melakukan pesta rakyat di kampung halaman mereka. Kedua tarian ini berdurasi masing masing lima belas menit, tarian yang merupakan tarian para keluarga peternak Hongaria yang bersuka ria setelah berhasil memanen hasil ternak mereka tampilan setiap tarian dan kolaborasi music ini membuat seluruh pengunjung yang hadir merasakan kegembiraan, sama seperti maksud dari tari tersebut yang bertujuan menghilangkan kejenuhan saat berternak.


 Dayak Modang Meriahkan EIFAF 2014


 Kerukunan Keluarga Dayak Modang Tenggarong (KKDMT) melaksanakan upacara adat pelekatan nama di sekitar panggung seni depan sekretariat gerbang Raja, Timbau Tenggarong. Prosesi tersebut sekaligus untuk memeriahkan Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) 2014. Nama bukan hanya merupakan identitas bagi sesorang, tetapi juga merupakan doa dan harapan agar sesorang yang menyandang Nama tersebut mendapatkan kebaikan dalam kehidupan.



 Di Indonesia, pemberian Nama biasanya diiringi prosesi. Karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama, maka upacara pemberian nama bentuk pelaksanaannya juga sangat beragam. Salah satunya adalah adat pelekatan nama oleh suku Dayak Modang di Tenggarong Kutai Kartanegara. Prosesi tersebut diawai dengan ritual Nen Kaeg Heig Metae atau permohonan kepada Yang Maha Kuasa, yang dilakukan oleh pemimpin KKDMT, F Jiu Luay. Setelah membacakan mantera atau doa-doa dengan menghadap ke sungai Mahakam, F Jiu menaruh sembilan telur ayam kampung ke ujung masing-masing tongkat mambu yang sudah ditancapkan berjejer, yang dibagian bawahnya terdapat sirih, rokok dan beras. Kemudian seekor ayam jantan berwarna merah pun disembelih, darahnya di sangga dalam piring putih berisi beras dan telur, untuk kemudian ditaruh di Mahakam. Bunyi tetabuhan gong dan gendang mengiringi seluruh rangkaian ritual pelekatan nama tersebut. Setelah itu anak laki-laki yang akan diberi nama dibawa orangtuanya ketempat pelaksanaan adat atau disebut Hewat yang beralas tikar purun. Anak lalu dipasangi gelang manik oleh ibunya, sebagai makna ikatan hubungan. Kemudian dilakukan prosesi Me Et Jiem atau pemotongan rambut anak oleh tetua adat, yang bermakna penataan awal tata adat keidupan merupakan ungkapan proses pertumbuhan. Berikutnya dilaksanakan ritual Net Leug atau memohon calon nama anak lewat sarana daun pisang ambon yang dibentuk kotak berukuran 3x4 cm sebanyak tiga rangkap. Dua potong daun pisang ambon itu lalu dipegang F Jiu dalam posisi berdiri, sambil mengucap doa daun tersebut dilemparkan keatas dan dibiarkan jatuh ketanah. Kemudian posisi daun yang baru jatuh tersebut dilihat, apabila dua-duanya terlentang atau tertelungkup berarti merupakan pertanda Tidak, maka prosesi dilakukan lagi. Pada saat itu ternyata posisi daun pisang yang dijatuhkan F Jiu satu terlentang dan satunya tertelungkup, itu berarti nama yang sudah diajukan pihak keluarga mendapat jawaban Ya dari leluhur mereka atau disetujui. Ritual Ensoet Kenean atau pemasangan pakaian adat dan pusaka warisan kepada anak dilakukan oleh para tetua, ini merupakan simbol ikatan hubungan kekerabatan turun temurun yang bermakna penguatan identitas. Sebagai rasa syukur, kemudian dilakukan ritual Newag Jip Edat atau pemotongan hewan berupa babi jantan yang diganti dengan dua ekor ayam jantan. Ritual pemotongan hewan ini menurut F Jiu adalah penghantar adat yang telah dikukuhkan kepada Yang Maha Kuasa dan leluhur. Darah ayam tersebut lalu dioleskan ke kepala, tangan dan kaki anak dan orang tuanya, serta dioleskan juga ke benda-benda pusaka keluarga, diantaranya yaitu Mandau, sebagai simbol pengukuhan secara spiritual.



 Kemudaian dilaksanakan tarian adat Ngewai, yaitu para tetua dan seluruh keluarga menari sebanyak delapan kali putaran mengelilingi tempat ritual adat tersebut. F Jiu mengatakan tarian tersebut merupakan simbol tahapan proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Prosesi pemberian nama itu ditutup dengan ritual penetral lingkungan dari hal-hal yang akan mengganggu kehidupan. Pada prosesi ini setelah membaca mantera, seorang tetua adat mengibas-ngibaskan rangkaian daun temali, daun bambu, peredang dan anak ayam kelingkungan sekitar, termasuk kepada keluarga yang hadir pada ritual itu. Masing-masing anggota keluarga juga diminta meludahi dedaunan tersebut. Kemudian anak ayam itu disembelih di bawah tongkat bambu lalu dilihat isi perutnya oleh tetua adat, untuk mengetahui berkenan atau tidaknya para leluhur atas upacara adat yang sudah dilakukan. F Jiu usai ritual tersebut mengatakan "Kami bersyukur setelah dilihat dari isi perut anak ayam tadi tidak terdapat kelainan apa-apa, berarti apa yang kami lakukan hari ini direstui,". F Jiu mengatakan ritual yang dilakukannya tersebut sekaligus untuk melesarikan adat mereka ditengah gencarnya arus moderenisasi. "Adat tidak boleh kita tinggalkan, ini bentuk kejujuran kita kepada leluhur yang tentunya harus dilestarikan,". Prosesi ini di anggap unik oleh para wisatawan asing yang hadir dan turut menyaksikan acara tersebut.


 Pagelaran Seni Italia

 Penampilan Seni yang selalu berganti setiap malamnya dari sebelas negara anggota CIOFF, memang sangat mengesankan bagi warga masyarakat yang hadir, tidak terkecuali Penampilan anggota kelompok Accademia Tradizioni Popolari Citta Di Tempio asal Pulau Sardinia Itali di panggung terbuka Jl Ahmad Muksin Tenggarong berlangsung dengan sangat baik karna banyaknya pengujung yang hadir dan memberikan tepuk tangannya setiap kali Kelompok seni ini melakukan sebuah gerakantariannya, tampilan Negara Itali di even  Erau International Folk Art Festifal 2014, yang mengirimkan delegasinya   berasal dari Pulau Sardinia yang berada di laut tengah.  Kendati mayoritas   Katolik namun  pengaruh Islam masih terasa terutama pada wanitanya yang suka berjilbab, karena pulau ini tidak jauh dari Tunisia yang muslim.

 Jilbab merupakan asoseris sehari - hari  bagi kaum perempuan di pulau kedua terbesar setelah pulau sisilia di selatan negara Itali ini. Walaupun  penampilan wanita mereka layaknya seorang muslimah namun secara religi mereka adalah penganut katolik yang  puritan atau yang selalu menjaga kemurnian doktrin dan tata cara peribadatan.  Hal itu nampak pada penampilan anggota kelompok Accademia Tradizioni Popolari Citta Di Tempio  asal Sardinia Itali ini.

 Dalam aksi panggungnya kelompok Seni dari Itali ini menyajikan dua nomer tari  yaitu pertama berjudul Baddu  A Trunfa O Serio dan Passu Trincatu. Keduanya seni tari ini pekat dengan nuansa religiositas yang mereka yakini yaitu katolik. Tari Baddu A Trunfa O Serio misalnya adalah tari yang mengambarkan karakter keseriusan umat memuji tuhanya namun dikemas lebih ceria baik dalam gerak maupun  musik pengiring yang terasa  lincah dan dinamis.  Sedang tari kedua Passu Trincatu berkisah tentang curahan ekspresi umat katolik Sardinia dalam tradisi ritual pastoral.

Kedua tarian ini diiringi alat musik harpa, biola dan suling khas bangsa Yahudi. Kedua tarian takyat dari Pulau Sardinia Itali ini ditarikan 6 pasang pria dan wanita. Dalam gerakannya terkadang meloncat, berputar sambil berpegangan tangan membuat formasi memanjang, bundar berkeliling juga sesekali diagonal.  meskipun tampilan tari ini terasa asing buat warga di Kalimantan dan Tenggarong khususnya namun cukup memberikan hiburan bagi penonton erau yang sedang berlangsung di kota Raja Tenggarong.

 Malam Bepelas Terkahir

 Berbagai macam kegiatan yang ada dan di lakukan di Keraton Kesultanan Ing Martadipura. Upacara adat Kesultanan Kutai Kartanegara yang paling meriah dan ditunggu selain Belimbur adalah Seluang Mudik. Acara ini bukan berupa guyuran air yang dilakukan oleh para tamu yang hadir, tetapi yang membuat acara ini meriah dan berbeda yaitu dilakukannya saling  lempar butiran beras diantara seluruh kerabat, tamu undangan yang hadir di Keraton Kesultanan Ing Martadipura.

 Upacara ini dilakukan di dalam rangkaian upacara Bepelas, yang di laksanakan setiap malamnya di Keraton Sultan, yang di laksanakan pada Sabtu malam. upacara Bepelas ini berbeda dengan malam sebelumnya karna di rangkai dengan upacara seluang mudik karena selain menandai berakhirnya upacara Bepelas Malam juga dimaknai sebagai media kontemplasi atau perenungan menjelang   Erau  berakhir pada besok paginya.  kemeriahan dari acara ini ialah sat Puncak  upacara ini yaitu saling lempar butiran beras dan prosesi  upacara ini dirangkai beberapa upacara lainnya yang diawali dengan Sultan melakukan upacara Menyisik Lembu.

di ketahui Menyisik lembu dilakukan dengan cara menaruh uang koin diantara lukisan naga yang terbuat dari butiran beras berwarna tujuh macam yang ditata  di atas tikar depan Tiang Ayu disebut Tambak Karang sebagai kanvasnya. Usai Sultan menyisik lembu dilanjutkan  tamu dan undangan  melakukan hal yang sama. Dinataranya Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo,  Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, S.Sos. MM, dan Kerabat Kesultanan, beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang hadir.

 Setelah Menyisik Lembu   dilanjutkan dengan acara sedekah naga dengan memberikan uang sesuai kemampuan para undangan yang hadir dengan cara melempar ke Tambak Karang. Jelang puncak Seluang Mudik dilakukan perebutan bungkusan yang berisi kue yang digantung di tempat acara upacara Bepelas. Dalam suasana gaduh rebutan kue inilah puncak acara saling lempar butiran beras atau Seluang Mudik dimulai.

semua yang hadir dalam acara Bepelas tersebut larut dalam kegembiraan saat memperebutkan kue yang telah di bungkus dan di gantung di atas langit – langit Keraton Kesultanan, termasuk kegembiraan di  rasakan Menteri Olahraga Roy Surya yang mengakui jika adat budaya bangsa Indonesia sangat kaya dan menarik dan beliau berharap agar generasi muda tidak hanya  berprestasi dalam berbagai segi namun mampu pula menjaga dan melestarikan  adat budaya milik bangsa ini, khususnya di kutai Kartanegara.

 Pembacaan Berzanji

 Acara Bepelas yang dilaksanakan setiap malam selama Erau Adat Kutai, namun khusus malam Jum’at, acara bepelas ditiadakan dan digantikan dengan pembacaan Berzanzi, Bertempat di keraton Kutai Kartanegara, Kamis 19 Juni 2014, tepat pukul 20.30 Wite acara pembacaan berzanji dilaksanakan, acara ini dihadiri langsung oleh Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II, Putra Mahkota, Wakil Bupati Kutai Kartanegara Gufron Yusuf, kerabat kesultanan serta para undangan.

 Pembacaa Berjanzi ini di pimpin oleh Imam Jahidi dari kelompok Hadrah Al Fatah, yang beranggotakan 40 orang, arti dari Berzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

 Acara pembacaan berjanzi diakhiri dengan  pembacaan doa, dan dilanjutkan dengan tari Rudat yang dibawakan 10 orang, tarian ini mirip dengan tariam saman dari Aceh, yang mana setiap gerakan tarian rudat adalah Zikir Kepada Allah SWT.

 Green Tenggarong






Sabtu, 21 Juni 2014 bertempat di Taman Anggrek yang merupakan kawasan waduk panji Sukarame Tenggarong, adalah tempat diselenggarakannnya acara Green Tenggarong yaitu Penanaman Pohon yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata yang di ikuti Selaruh Delegasi 11 Negara EIFAF. Acara ini juga melibatkan berbagai elemen Masyarakat, khususnya mereka yang peduli lingkungan, acara yang rencananya digelar pada hari jum’at harus di undur karena hujan, sehingga tidak memungkinkan dilaksanakannya acara tersebut.

 Sebelum acara dimulai Seluruh peserta mengikuti senam Jepen yang dipandu oleh beberapa Instruktur senam, bertempat di halaman Parkir waduk panji sukarame, setelah itu peserta berjalan kaki memasuki Taman Anggrek lokasi penanam pohon, acara di buka dengan Tarian Melayu Ku, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dra. Sri Wahyuni. MPP, dalam laporannya  mengatakan bahwa Green Tenggarong, merupakan rangkaian acara Erau Adat Kutai dan Internasional Folk Art Festival 2014, yang mana acara penanaman pohon ini memasuki tahun kedua yang diikuti peserta delegasi luar negeri, dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipi mensukseskan acara green tenggarong, seperti Bank Kaltim, dan  Dinas Kehutanan yang telah menyedikan 500 jenis  pohon untuk di tanam.

 Semantara itu Bupati Kutai Kartanegara dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wakil Bupati Gufron Yusuf mengatakan bahwa Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara menyambut baik acara penanaman pohon ini yang merupakan bagian dari program pemerintah dalam melakukan penghijauan hutan kembali, dan baru-baru ini kota tenggarong mendapatkan piala Adipura, jadi ini merupakan waktu yang tepat untuk penanaman hutan kota, apalagi saat terjadinya pemanasan global, dan menipisnya ozon, maka untuk mengatasi hal tersebut penanaman pohon ini adalah bagian dari solusi yang tepat, dan merupakan momentum yang dikenang oleh masa yang akan datang, dan jangan lah kita meninggalkan  air mata untuk generasi mendatang tapi tinggalkanl ah  mata air untuk mereka.

 Setelah membacakan sambutannya Wakil bupati Gufron Yusuf langsung menuju lokasi penanaman pohon, untuk menanam pohon yang di ikuti Delegasi EIFAF yang lain, yang telah disiapkan tempat masing-masing negara untuk menanam pohon, selain menanam pohon para peserta EIFAF juga diajak juga untuk menanam anggrek, dan mereka antusias menanamnya, setelah melihat anggrek yang ditanam tahun yang lalu oleh peserta EIFAF yang sedang berbunga


 Street Performance Latvia Dan Mesir






Berbagai kegiatan seni yang di tampilkan oleh ke sebelas negara anggota CIOFF, diantaranya Street Performence yang stiap harinya di laksanakan didepan Kantor Bupati Kutai Kartanegara, tepatnya dibawah jembatan Kutai Kartanegara, biasanya setiap hari di tampilkan dua negara yang berpartisipasi dalam acara Street Performance, yang  merupakan rangkaian acara Erau Adat Kutai dan International Folk art Festival  yaitu Negara Latvia dan Mesir. Diawali penampilan dari delegasi Latvia yang menyuguhkan  beberapa tarian yang dibawakan para pemuda dan gadis Latvia, gerakan tarian mengambarkan bahwa pada jaman dahulu warga Latvia tinggal di daerah india, tapi mereka memutuskan untuk pindah dan perjalanan mereka berakhir di lautan baltik, sehingga disebut juga lautan amber. Tema tarian ini adalah laut membeku di musim dingin. Suasana pun semakin ramai dan sesekali penonton bertepuk tangan atas penampilan mereka yang mengagumkan, sedangkan tarian selanjutnya menggambarkan ketika musim dingin tiba orang-orang Latvia akan menari dan meloncat tinggi agar tetap hangat, tetapi anak-anak perempuan Latvia bukan hanya memberikan sarung tangan saja tapi juga kasih sayang  para penari yang berjumlah 11 orang yang tergabung dalam group tari Zelta Seitins yang didirikan pada tahun 1958. Tidak mau ketinggalan para seniman dari perwakilan Indonesia dari Kota Raja Tenggarong yang tergabung dalam sanggar tari Adilla ikut menyamarakan suasana Street Performance yang membawakan tarian jepen lewang begenjoh, tarian ini menggambarkan tentang ungkapan kegembiraan saat pesta panen, sedangkan begenjoh sendiri dalam arti bahasa kutai bersenang-senang, yang dibawakan secara apik dan dinamis, diakhir pertunjukan para penari mengajak penonton untuk menari jepen bersama. Diakhir Street Performance, giliran delegasi mesir yang tidak mau ketinggalan menunjukan kebolehannya yang menyuguhkan tarian sufi dan tarian Al- asya mirip dengan tari Perang, penari laki - laki berbekal rotan sebagai senjatanya berputar- putar mengikuti irama musik, sementara penari perempuan dengan pakaian warna orange dilengkapi bandana dan gelang Kaki, serta aneka pernak pernik khas timur tengah tampak lincah menyuguhkan keahliannya, musik khas padang pasir mengiringi liukan penarinya.



 Workshop Jepen


Workshop Jepen Kreasi Di  Kedaton Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara bekerja sama dengan Yayasan Total Indonesia dengan pemateri Arianto Catur dari Institute Kesenian Jakarta ( IKJ ) dipandu oleh Bang Mus Dan Bang Udin, diikuti oleh beberapa sanggar tari yang ada di tenggarong misalnya sanggar tari Karya Budi, Kumala, Serai Wangi, YSBK Samarinda, Sekolah Dari Muara Badak, Marangkayu Dan Tenggarong.

Dalam Sambutan Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara “ kegiatan ini merupakan yang ke tiga kalinya dilaksanakan, dengan harapan agar dapat lebih mengembangkan kesenian tari khususnya tari jepen yang ada di kutai kartanegara harapannya dengan diadakan workhsop ini para penari dapat mengartikan inti dari seni tari jepen tersebut baik dari segi gerakan, mimik muka, kostume dan musik yang lebih menarik dan menghibur, dapat membuat seakan  penonton ikut menari”.  Yayasan Total Indonesia yang diwakili oleh Bapak Suroto Nurwahid menambahkan “ kami akan selalu bekerja sama untuk meningkatkan pelestarian kesenian dan budaya agar dapat meningkatkan sektor pariwisata yang ada di kutai kartanegara “.

Workshop  ini dimulai dari  penyempurnaan gerakan dasar tari jepen asli kutai dibantu oleh penari jepen senior asal kutai yaitu bang mus dan bang udin  adapun  gerakannya antara lain Salam Pembuka, Step, Gelombang, Ayun Anak, Putar Setengah Kenjak, Langkah Ketam, Langkah Belau, Tahtim Penutup dan Hormat Terakhir, dimana gerakan ini masih dinilai mirip dengan gerakan tari jepen dari sumatra.

Bang Anto panggilan akrab pemateri menantang kepada seluruh penggiat sanggar seni jepen yang ada dikutai kartanegara agar dapat mengembangkan dan mengemas tari jepen lebih menarik untuk ditonton dengan beberapa kreasi dari gerakan dasar tari jepen asli kutai yang akan di lombakan pada saat Erau Pelas Benua dan IFAF pada bulan juni  tahun 2014 nanti.

Ditambahkan pula dalam acara ini  pihak panitia membentuk saksi khusus salah satunya wiwin dari peserta workshop untuk mengawasi  dewan juri agar lebih independen dalam penilaian perlombaan.