Berita dan Artikel
Permainan Tradisional Begasing
Bertempat di halaman parkir Pulau Kumala Tenggarong Kutai Kartanegara, olahraga tradisional begasing yang merupakan bagian dari rangkaian Erau Adat Internasional Folk Art and Festival (EIFAF) 2014, Permainan Bagasing yang mendapat perhatian masyarakat yang ingin menyaksikan permainan olahraga tradisional ini sangatlah tinggi dan menjadi tontonan mengasikkan. Bahkan permainan ini sangat sulit dipisahkan dari keseharian masyarakat Kutai Kartanegara, mulai dari kalangan anak-anak, dewasa hingga orang tua beradu ketangkasan dalam memainkan gasing yang sudah ada sejak puluhan tahun silam. Begasing merupakan permainan yang dilakukan menggunakan alat berupa gasing dan tali penarik, sebongkah kayu berbentuk lonjong (simetris radial) dengan diameter sekitar 10 hingga 15 centimeter, tinggi sebuah gasing 15 sampai 20 centimeter, salah satu ujung dibuat lancip dan memiliki permukaan yang licin. Pada ujungnya dipasang bahan logam sebagai poros putaran, biasanya menggunakan paku jenis kayu yang digunakan kayu benggris atau ulin. Sementara tali penarik berdiameter 0,5 centimeter dengan panjang 1 hingga 1,5 meter. Kemudian tali ini dililitkan ke gasing dengan bagian ujung tali dikaitkan ke jari sang pemain. Setelah itu dilemparkan ke bawah seperti membanting sesuatu, sehingga tali melilitnya membuat gasing berputar dan gasing dapat berputar sekitar 2 sampai 7 menit. Area permainan yang digunakan berupa dua buah lingkaran dengan diameter 1 meter. Lingkaran luar berdiameter 5 meter setiap lingkaran memiliki nilai yang berbebeda. Begasing dilombakan secara berpasangan atau satu lawan satu, kedua pemain harus berusaha agar gasingnya berputuar selama mungkin dan tetap berada di area permainan dalam beberapa babak. Para pemain gasing secara bergantian menjatuhkan gasing milik lawan, gasing yang terlempar keluar area atau lebih dulu berhenti berputar dinyatakan kalah, poin diberikan pada pemain berhasil mengeluarkan gasing lawan atau gasingnya mampu berputar paling lama. Tabli, S.Pd yang menjadi Koordinator acara mrngatakan olahraga tersebut terdiri dari beberapa kategori, diantaranya beradu turai dengan sistem gugur. "Jadi sistem permainannya sistem gugur, mana yang berputar lama itu yang jadi pemenang. Kegiatan ini diikuti 170 orang khusus untuk beturai dari 18 kecamatan dan 5 Kabupaten atau kota di Kalimantan Timur." Beliau juga menjelaskan dari permainan beturai akan diambil pemenangnya 1 (satu) sampai 4 (empat), siapa yang paling lama memutar itu juara satu. Sementara kreteria lainnya dinamakan berajaan dengan tiga orang pemain dan yang paling lama berputar akan jadi raja dengan durasi 10 menit, dan durasi finalnya selama 15 menit. Dan ada juga begasing beregu namanya memepal siapa banyak dapat nilai itu yang menang. Dan Saya berharap kelestarian budaya olahraga tradisional ini bisa terus dilestarikan, dan diberikan ruang dengan menyelenggarakan turnamen antar 18 kecamatan dan tidak hanya orahraga begasing melainkan semua olahraga tradisional dapat dilestarikan diantaranya, permainan engrang, lomba perahu dan permainan tradisional lainnya. |
Penampilan Seni Tradisi Etnis Kutai Kartanegara
Indonesia yang menjadi tuan rumah khususnya Kutai Kartanegara dalam gelaran Erau International Folk Art Festival 2014 ( EIFAF ), juga menampilkan sedikitnya empat seni tradisi etnis yang ada di Kutai Kartanegara. diantaranya ialah tari tradisionl suku pedalaman Mahakam Dayak Benuaq, penampilan tersebut di laksanakan di Panggung utama yang berada di Jalan Ahkmad Muksin. Panggung utama tersebut setiap malamnya diisi oleh sebelas peserta Erau International Folk Art Festival 2014 dari mancanegara, bagi tuan rumah Indonesia didedikasikan untuk seni dan budaya dari berbagai suku, seperti yang tampil saat ini suku Dayak Benuaq. Di ketahui bahwa Dayak Benuaq yang memiliki mayoritas dan bermukim di Kutai Kartanegara ini menyuguhkan seni tari khas Dayak Benua yaitu tari Gantar, Belian Sentiuw dan Tari Belian Bawo. Adapula Kelompok Seni Budaya Pondok Karya Desa Pondok Labu Tenggarong yang membawakan drama tari yang telah dikolaborasi antara tari Gong dari suku Dayak Kenyah dipadu dengan tari Gantar dan Belian Bawo khas Benuaq berjudul Gong Siluq. pimpinan kelompok Ameng menjelaskan makna tari ini bercerita tentang putri jelita yang tersesat di hutan belantara. Kemudian ditemukan dua pemuda. Kedua pemuda ini ingin merebut hati sang putri namun tidak dapat menerima cinta keduanya. Kedua pemuda sepakat bertarung siapa yang menang akan mendapatkan sang putri. Petarunganpun selesai pemenangnya salah satu pemuda, namun tiba tiba sang putri jatuh sakit. Untuk mengobati sakit sang putri dua pawang melakukan ritual pengobatan tradisional melalui upacara Belian, dan melalui upacara belian inilah kemudian pawang melakukan ritualnya dengan cara berputar sambil mengucapkan mantra mengelilingi sang putri sehingga sehat seperti sediakala. Sedang kelompok Dayak Benuaq Tonyoi Sempekat dari Kutai Barat menampilkan Tari Menyambut Tamu dan Belian Sentiuw. Antara Belian Sentiuw maupun Belian Bawo tidak jauh berbeda keduanya sama sama digunakan untuk upacara ritual pengobatan. Hanya saja Belian Sentiuw lebih dikenal oleh suku Tunjung Benuaq yang banyak bermukim di Kecamatan Melak Kabupaten Kutai Barat. Kedua sajian seni tradisi suku dayak ini sangat menghibur pengunjung panggung Erau International Folk Art Festival 2014, apalagi bagi para wisatawan asing, yang memang menyukai kesenian dan kebudayaan pedalaman Kalimantan. |
Pagelaran Seni Hongaria
|
Dayak Modang Meriahkan EIFAF 2014
|
Pagelaran Seni Italia
Penampilan Seni yang selalu berganti setiap malamnya dari sebelas negara anggota CIOFF, memang sangat mengesankan bagi warga masyarakat yang hadir, tidak terkecuali Penampilan anggota kelompok Accademia Tradizioni Popolari Citta Di Tempio asal Pulau Sardinia Itali di panggung terbuka Jl Ahmad Muksin Tenggarong berlangsung dengan sangat baik karna banyaknya pengujung yang hadir dan memberikan tepuk tangannya setiap kali Kelompok seni ini melakukan sebuah gerakantariannya, tampilan Negara Itali di even Erau International Folk Art Festifal 2014, yang mengirimkan delegasinya berasal dari Pulau Sardinia yang berada di laut tengah. Kendati mayoritas Katolik namun pengaruh Islam masih terasa terutama pada wanitanya yang suka berjilbab, karena pulau ini tidak jauh dari Tunisia yang muslim. Jilbab merupakan asoseris sehari - hari bagi kaum perempuan di pulau kedua terbesar setelah pulau sisilia di selatan negara Itali ini. Walaupun penampilan wanita mereka layaknya seorang muslimah namun secara religi mereka adalah penganut katolik yang puritan atau yang selalu menjaga kemurnian doktrin dan tata cara peribadatan. Hal itu nampak pada penampilan anggota kelompok Accademia Tradizioni Popolari Citta Di Tempio asal Sardinia Itali ini. Dalam aksi panggungnya kelompok Seni dari Itali ini menyajikan dua nomer tari yaitu pertama berjudul Baddu A Trunfa O Serio dan Passu Trincatu. Keduanya seni tari ini pekat dengan nuansa religiositas yang mereka yakini yaitu katolik. Tari Baddu A Trunfa O Serio misalnya adalah tari yang mengambarkan karakter keseriusan umat memuji tuhanya namun dikemas lebih ceria baik dalam gerak maupun musik pengiring yang terasa lincah dan dinamis. Sedang tari kedua Passu Trincatu berkisah tentang curahan ekspresi umat katolik Sardinia dalam tradisi ritual pastoral. Kedua tarian ini diiringi alat musik harpa, biola dan suling khas bangsa Yahudi. Kedua tarian takyat dari Pulau Sardinia Itali ini ditarikan 6 pasang pria dan wanita. Dalam gerakannya terkadang meloncat, berputar sambil berpegangan tangan membuat formasi memanjang, bundar berkeliling juga sesekali diagonal. meskipun tampilan tari ini terasa asing buat warga di Kalimantan dan Tenggarong khususnya namun cukup memberikan hiburan bagi penonton erau yang sedang berlangsung di kota Raja Tenggarong. |
Malam Bepelas Terkahir
Berbagai macam kegiatan yang ada dan di lakukan di Keraton Kesultanan Ing Martadipura. Upacara adat Kesultanan Kutai Kartanegara yang paling meriah dan ditunggu selain Belimbur adalah Seluang Mudik. Acara ini bukan berupa guyuran air yang dilakukan oleh para tamu yang hadir, tetapi yang membuat acara ini meriah dan berbeda yaitu dilakukannya saling lempar butiran beras diantara seluruh kerabat, tamu undangan yang hadir di Keraton Kesultanan Ing Martadipura. Upacara ini dilakukan di dalam rangkaian upacara Bepelas, yang di laksanakan setiap malamnya di Keraton Sultan, yang di laksanakan pada Sabtu malam. upacara Bepelas ini berbeda dengan malam sebelumnya karna di rangkai dengan upacara seluang mudik karena selain menandai berakhirnya upacara Bepelas Malam juga dimaknai sebagai media kontemplasi atau perenungan menjelang Erau berakhir pada besok paginya. kemeriahan dari acara ini ialah sat Puncak upacara ini yaitu saling lempar butiran beras dan prosesi upacara ini dirangkai beberapa upacara lainnya yang diawali dengan Sultan melakukan upacara Menyisik Lembu. di ketahui Menyisik lembu dilakukan dengan cara menaruh uang koin diantara lukisan naga yang terbuat dari butiran beras berwarna tujuh macam yang ditata di atas tikar depan Tiang Ayu disebut Tambak Karang sebagai kanvasnya. Usai Sultan menyisik lembu dilanjutkan tamu dan undangan melakukan hal yang sama. Dinataranya Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, S.Sos. MM, dan Kerabat Kesultanan, beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang hadir. Setelah Menyisik Lembu dilanjutkan dengan acara sedekah naga dengan memberikan uang sesuai kemampuan para undangan yang hadir dengan cara melempar ke Tambak Karang. Jelang puncak Seluang Mudik dilakukan perebutan bungkusan yang berisi kue yang digantung di tempat acara upacara Bepelas. Dalam suasana gaduh rebutan kue inilah puncak acara saling lempar butiran beras atau Seluang Mudik dimulai. semua yang hadir dalam acara Bepelas tersebut larut dalam kegembiraan saat memperebutkan kue yang telah di bungkus dan di gantung di atas langit – langit Keraton Kesultanan, termasuk kegembiraan di rasakan Menteri Olahraga Roy Surya yang mengakui jika adat budaya bangsa Indonesia sangat kaya dan menarik dan beliau berharap agar generasi muda tidak hanya berprestasi dalam berbagai segi namun mampu pula menjaga dan melestarikan adat budaya milik bangsa ini, khususnya di kutai Kartanegara. |
Pembacaan Berzanji
Acara Bepelas yang dilaksanakan setiap malam selama Erau Adat Kutai, namun khusus malam Jum’at, acara bepelas ditiadakan dan digantikan dengan pembacaan Berzanzi, Bertempat di keraton Kutai Kartanegara, Kamis 19 Juni 2014, tepat pukul 20.30 Wite acara pembacaan berzanji dilaksanakan, acara ini dihadiri langsung oleh Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II, Putra Mahkota, Wakil Bupati Kutai Kartanegara Gufron Yusuf, kerabat kesultanan serta para undangan. Pembacaa Berjanzi ini di pimpin oleh Imam Jahidi dari kelompok Hadrah Al Fatah, yang beranggotakan 40 orang, arti dari Berzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Acara pembacaan berjanzi diakhiri dengan pembacaan doa, dan dilanjutkan dengan tari Rudat yang dibawakan 10 orang, tarian ini mirip dengan tariam saman dari Aceh, yang mana setiap gerakan tarian rudat adalah Zikir Kepada Allah SWT. |
Green Tenggarong
Sabtu, 21 Juni 2014 bertempat di Taman Anggrek yang merupakan kawasan waduk panji Sukarame Tenggarong, adalah tempat diselenggarakannnya acara Green Tenggarong yaitu Penanaman Pohon yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata yang di ikuti Selaruh Delegasi 11 Negara EIFAF. Acara ini juga melibatkan berbagai elemen Masyarakat, khususnya mereka yang peduli lingkungan, acara yang rencananya digelar pada hari jum’at harus di undur karena hujan, sehingga tidak memungkinkan dilaksanakannya acara tersebut. Sebelum acara dimulai Seluruh peserta mengikuti senam Jepen yang dipandu oleh beberapa Instruktur senam, bertempat di halaman Parkir waduk panji sukarame, setelah itu peserta berjalan kaki memasuki Taman Anggrek lokasi penanam pohon, acara di buka dengan Tarian Melayu Ku, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dra. Sri Wahyuni. MPP, dalam laporannya mengatakan bahwa Green Tenggarong, merupakan rangkaian acara Erau Adat Kutai dan Internasional Folk Art Festival 2014, yang mana acara penanaman pohon ini memasuki tahun kedua yang diikuti peserta delegasi luar negeri, dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipi mensukseskan acara green tenggarong, seperti Bank Kaltim, dan Dinas Kehutanan yang telah menyedikan 500 jenis pohon untuk di tanam. Semantara itu Bupati Kutai Kartanegara dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wakil Bupati Gufron Yusuf mengatakan bahwa Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara menyambut baik acara penanaman pohon ini yang merupakan bagian dari program pemerintah dalam melakukan penghijauan hutan kembali, dan baru-baru ini kota tenggarong mendapatkan piala Adipura, jadi ini merupakan waktu yang tepat untuk penanaman hutan kota, apalagi saat terjadinya pemanasan global, dan menipisnya ozon, maka untuk mengatasi hal tersebut penanaman pohon ini adalah bagian dari solusi yang tepat, dan merupakan momentum yang dikenang oleh masa yang akan datang, dan jangan lah kita meninggalkan air mata untuk generasi mendatang tapi tinggalkanl ah mata air untuk mereka. Setelah membacakan sambutannya Wakil bupati Gufron Yusuf langsung menuju lokasi penanaman pohon, untuk menanam pohon yang di ikuti Delegasi EIFAF yang lain, yang telah disiapkan tempat masing-masing negara untuk menanam pohon, selain menanam pohon para peserta EIFAF juga diajak juga untuk menanam anggrek, dan mereka antusias menanamnya, setelah melihat anggrek yang ditanam tahun yang lalu oleh peserta EIFAF yang sedang berbunga |
Street Performance Latvia Dan Mesir
|
Workshop Jepen
|