Bos 222

Bekantan S Hitam

Tabang

Museum Mulawarmanr

Taman Gubangss

Beluluh

Pulau Kumala

Bukit Bangkiray Baruss

Ladayass

Kaltim Park

Statistik

Hit hari ini : 104
Total Hits : 1,855,112
Pengunjung Hari Ini : 75
Pengunjung Online : 2
Total pengunjung : 522,344

Flag Counter

Home Berita dan Artikel

Berita dan Artikel

 Ngatur Dahar Di Kesultanan Kutai Kartanegara


 Ada acara Ritual yang dinamakan upacara mengatur dahar yang dilakukan oleh kerabat kesultanan Kutai  Kartanegara sebelum pesta Erau di mulai. Upacara ini pada intinya adalah menyajikan makanan ringan berupa jajanan terdiri 41 jenis, hal ini bertujuan selain sebagai ungkapan rasa syukur  kepada Tuhan yang maha esa juga  mengajak  tokoh warga dan tokoh alam gaib agar selama Erau berlangsung  tidak sungkan untuk  menikmati hidangan setiap hari yang disajikan Sultan dan kerabatnya  di Keraton.


 Upacara ini juga bisa dilakukan di luar Erau terutama untuk  mengawali  hajatan   yang skalanya lebih besar seperti pesta kemeriahan perkawinan raja atau putra mahkotaDalam pelaksanaan Erau Adat Kutai upacara mengatur dahar ini  digelar  di ruang pertemuan keluarga Keraton Sultan Tenggarong pada Sabtu malam (2/7)  sebelum Erau dimulai. Dalam pelaksanaan   dilakukan setelah makan malam dengan menyajikan  sejumlah kue khas daerah. Seperti wajik  warna-warni,  pais, lempar dan lemang, ada pula Buah - buahan seperti pisang juga disajikan, bahkan bahan makanan masih mentah seperti biji kacang hijau dan  pipilan jagung yang sudah dipecahpun disajikan.  Tersedia pula ikan gabus   dan ayam panggang namun sayur  dan nasi tidak tampak di hidangkan pada upacara ini.




 


 Pawang upacara Mengatur Dahar mengatakan  upacara ini masih tetap dilestarikan karena banyak segi positif ketimbang aspek negatifnya. Sebab  semua mahluk tuhan   pasti senang dan suka  jika    menikmati hidangan. Terlebih yang menyajikan adalah Sultan dan kerbatnya. Dengan suasana senang dan suka cita tentu akan berbuah rasa damai dan tenteram. Turut hadir dalam acara mengatur dahar ini Ir. Marli. M.Si dan tokoh masyarakat serta kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara.


 Kirab Budaya Internasional


 Ribuan masyarakat tumpah ruah kejalan untuk menyaksikan Kirab Budaya Internasinal yang di adakan Panitia Erau Adat Kutai dan Internasional Folk Art Festival (EIFAF) 2018, yang diikuti peserta EIFAF yaitu dari negara Hongaria, Rumania, Polandia, India dan Turki.

 Kirab budaya yang berlangsung pada pukul 09.00 Wita ini, dimulai dari depan Sekretariat Gerbang Raja, yang di buka oleh Plt Bupati Kutai Kartanegara, Kepala Dinas Pariwisata, dan Perwakilan CIOF, yang akan berjalan melintasi Jalan KH Akhmad Muksin, Jenderal Sudirman, S Parman, Jembatan Besi dan berakhir di halaman Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

 Sesampainya di halaman Kedaton, masing-masing peserta menyuguhkan kesenian daerah dihadapan Putera Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat, Plt Bupati Kukar Edi Damansyah, Sekda H Marli, Dandim 0906/Tgr Letkol Czi Bayu Kurniawan Wakapolres Kukar Kompol Wiwit Adisatria, serta tamu undangan.  

 Prajurit keraton mengawali persembahannya, yang dirangkai prosesi adat Tepong Tawar, lalu penampilan Marching Band PDBI, tari Jepen Kutai dari sanggar Bunga Mekar binaan Yayasan Gubang, tarian Dayak Benuaq oleh Sempekat Takaq & Pokan Takaq. Tari Jepen Kutai pun kembali ditampilkan, namun tari ini dibawakan oleh sanggar LSBK, Serai Wangi dan Karya Budi. Disusul tari khas Dayak Kenyah dari sanggar Bening-Uyai. Dalam kirab budaya ini, juga ditampilkan tari khas Dayak Modang, kemudian persembahan tari oleh Ikatan Kerukunan Keluarga Minang, Toraja, Bali, Kerukunan Keluarga Sulawesi Utara, IKETIM, IKAPAKARTI, serta Banyuwangi. partisipan mancanegara yakni Hungaria, India, Polandia, Rumania dan Turki turut menampilkan kesenian tradisional khas negaranya.

Dari 28 grup yang tampil, pihak panitia tetap berusaha menyuguhkan sajian seperti kirab pada EIFAF sebelumnya.


 kita tetap berupaya agar komposisi Kirab Internasional mulai dari budaya Kukar, budaya nusantara dan internasional tetap tersajikan Kehadiran kesenian negara lain untuk ikut memeriahkan EIFAF 2018, juga dimanfaatkan untuk bertukar informasi tentang kebudayaan masing - masing, juga sebagai sarana mempererat tali silahturahmi antar negara melalui kebudayaan


 Ritual Merangin


 Dalam Prosesi Adat Erau terdapat didalamnya Ritual Merangin yang digelar tiga (3) malam berturut-turut setiap malamnya sebelum acara Erau dimulai dan juga dilaksanakan dalam pelaksanaan Erau setiap malam kecuali malam Jum`at. Upacara adat Merangin ini dimulai sejak pukul 20.00 wita dipusatkan dilapangan parkiran Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara (Museum Mulawarman).


 Bangunan tersebut terbuat dari kayu beratapkan daun nipah yang terletak disamping Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara (Museum Mulawarman) dengan melibatkan tujuh (7) orang Belian (sebutan untuk laki-laki ahli mantra dalam bahasa Kutai) dan tujuh (7) orang Dewa (sebutan untuk Perempuan). Acara Merangin ini adalah ritual pendahuluan yang wajib dilaksanakan menjelang Erau, tujuannya adalah mengundang mahluk goib untuk ikut serta dalam kemeriahan Erau Adat Kutai and 6th International Folk Arts Festival 2018. Ritual Merangin malam pertama ini, gunanya untuk memberitahukan mahluk goib yang berada dilangit bahwa sebentar lagi Erau akan dilaksanakan. Upacara adat Merangin ini diawali dengan pembacaan "Memang"(mantra) oleh salah satu dari tujuh (7) Belian Laki yang mengelilingi Binyawan yang terletak ditengah bangunan.





 


 Sementara pimpinan Dewa ikut dalam lingkaran tersebut membakar kemenyan tampak sesekali menghamburkan beras kuning. Binyawan adalah alat utama dalam ritual Merangin berbentuk tiang tersebut dari bambu, dan dibalut janur kuning yang disusun dari bawah hingga keatas sebanyak tujuh (7) tingkat. Dibagian atas Binyawan terdapat replika kura-kura yang juga dibuat dari kayu. Peralatan lainnya yaitu disisi pinggiran Keraton Belian terdapat dua ayunan yang terbuat dari kayu dengan rotan sebagai penggantungnya. Salah satu ayunan diukir dengan ornamen Buaya yang disebut Romba, sedangkan satu ayunan lagi disebut Ayun Dewa. Bunyi tetabuhan gendang dan gong berirama terus menerus mengalun mengiringi ritual itu menambah suasana magis semakin terasa dalam upacara adat itu. Apalagi ketika tujuh (7) orang Belian mulai berputar mengelilingi Binyawan yang terletak ditengah bangunan. Ketika para Belian terus berlari keliling sambil sambil memegangi batang Binyawan, tiang Binyawan itu pun ikut berputar. Para Belian tampak sesekali menaiki Romba yang berputar makin lama semakin cepat. Sementara itu, para Dewa yang terdiri dari tujuh (7) orang wanita sesekali melemparkan beras kuning kearah para Belian yang terus berputar mengelilingi Romba dengan cepat. Upacara adat Merangin diakhiri dengan tarian Dewa Bini yang juga ikut mengelilingi Romba namun berbeda dengan para Belian, tarian Dewa ini dibawakan secara lemah gemulai, yang merupakan rangkaian dari ritual adat Menjamu Benua yang telah dilakukan pada siang harinya, dengan tujuan memberitahukan kepada mahluk goib lainnya bahwa acara Erau akan digelar.

 Ritual Menjamu Benua


 Empat hari menjelang dilaksanakannya Erau Adat Kutai and 6th International Folk Arts Festival 2018. Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura telah menggelar ritual "Menjamu Benua" di beberapa titik di kota Tenggarong. Menjamu Benua dilakukan untuk memohon keselamatan selama Upacara Erau Adat Kutai and International Folk Arts Festival 2018 berlangsung, baik keselamatan Sultan, kerabat, masyarakat Kutai Kartanegara dan wisatawan yang berkunjung ke Tenggarong.


 Upacara Menjamu Benua memiliki makna memberi makan kepada para gaib yang mendiami wilayah Kutai Kartanegara. Sekaligus untuk memohon kepada Tuhan yang Maha Esa agar supaya sultan dan kerabatnya diberikan keselamatan, demikian juga masyarakat Kutai Kartanegara atau orang yang berkunjung ke Tenggarong". "Ritual ini untuk memberikan makan gaib yang tinggal di Odah Etam ini, Sekaligus memberitahukan kepada gaib tersebut bahwa erau akan dilaksanakan".


 Sebelum ritual Menjamu Benua dimulai, para pelaksana yang terdiri dari 7 orang Belian (ahli mantra laki) dan 9 orang Dewa (ahli mantra perempuan) berangkat dari depan keraton diiringi penabuh gamelan dan gendang serta perlengkapan persembahan berupa 21 jenis kue - kue tradisional, Perapen dan pakaian Sultan, rombongan memasang bendera ( panji - panji ) berwarna kuning dengan lima rumbai di sebelah kiri dan bendera hijau bermotif atau gambar naga di sebelah kanan menuju rumah sultan, menemui Sultan Kutai Kartanegara Aji Muhammad Salehuddin II dikediamannya untuk meminta restu, dan Sultan pun memberi restu dengan menghambur beras kuning ke arah pelaksana itu.


 Sultan juga menyerahkan pakaian sehari-harinya berupa selembar baju, sepotong celana panjang, kopiah untuk dibawa dan disertakan dalam itual menjamu benua. Setelah dilepas oleh sultan, rombongan yang terdiri dari beberapa Belian dan Dewa dengan diiringi tetabuhan alat musik tradisional bergerak maju ke tiga (3) titik di Kota Tenggarong yaitu Tanah Habang Mangkurawang yang disebut Kepala Benua, kemudian depan Museum Mulawarman yang disebut Tengah Benua, dan terakhir di sebelah hilir Jembatan Kutai Kartanegara disebut sebagai Buntut Benua.


 Ditiga lokasi Menjamu Benua disediakan semacam balai utama berbentuk kerucut dengan atasnya dasar segi empat yang terbuat dari bambu dan rangkaian janur kuning untuk menaruh sesajian. Pimpinan Belian ini kemudian membacakan Mantra-mantra sambil sesekali menghamburkan beras kuning kearah Balai Bambu yang berisi berbagai macam jajanan tradisional diantaranya ada kue cucur, pulut (ketan), bubur merah, telur rebus, ayam bakar dan aneka kue tradisional lainya

 Beluluh Awal Di Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara


 Pelaksanaan Beluluh Awal telah dilakukan di Kedaton Kutai Kartanegara, Upacara adat Beluluh ini dimulai sejak pukul 10.00 s/d selesai, Dalam Upacara Ritual Beluluh yang dilakukan seorang Belian terhadap raja/sultan/putera mahkota yang berperan mengucapkan doa memohon kepada yang maha kuasa guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, maka akan diluluhkan di atas buluh/bambu dan sebagai pertanda dimulainya pelaksanaan Erau. Upacara Ritual Beluluh dilaksanakan pada permulaan sebelum Erau yang dilakukan setiap sore hari selama Erau berlangsung.


 Adapun acara Beluluh ini dihadiri antara lain Sultan Kutai Kartanegara H. Aji Muhammad Salehhuddin II, Putra Mahkota H. Aji Pangeran Adapati Prabu Anum Hadiningrat, Pejabat Pemkab Kukar serta Kerabat Kesultanan Kutai, dan Calon Gubernur beserta Wakil Gubernur Terpilih,

Upacara Ritual Beluluh sendiri terdiri dari Beluluh Sultan, Beluluh Aji Begorok, dan Beluluh Aji Rangga Titi. Upacara diawali oleh Sultan / Raja / Putra Mahkota duduk sejenak di tilam Kasturi kemudian bangkit menuju Balai atau tempat duduk mirip kursi setinggi tiga tingkat yang dibuat dari bambu kuning bertiang 41 buah yang berada diatas tambak karang melalui Molo / guci kuningan yang berhias bunga / mayang kelapa dan mayang pinang yang terdapat di sebelah kiri dan kananan. Sesampainya di depan balai Sultan menaiki balai dan duduk di tingkat ketiga persis di bawah hiasan daun beringin dan di belakangnya terdapat Balai Persembahan, sedangkan sebelah kiri dan kanan di pagari oleh Pangkon Dalam 7 bini dan 7 laki dan belian serta di setiap sudut terdapat Penduduk. Demong mengatur dewa laki melaksanakan Memang dan Dewa Bini menghidupkan prapen.


 Sultan di tutupi Kirab Tuhing diatas kepala di bawah daun beringin oleh dua orang pembantu di sebelah kanan dan dua orang di sebelah kiri. Kirab Tuhing di balik sebanyak tiga kali dan di jatuhkan beras kuning kebelakang. Sejenak kemudian Dewa Laki dan Dewa Bini bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap Sultan untuk memberi Tepong Tawar dengan air cindera mata dan air kembang di bagian telapak tangan kanan, kiri, lutut,kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan di sekakan kemuka. Setelah itu baru turun dari balai untuk di sapukan mencari salah seorang petinggi setempat guna melaksanakan Ketikai Lepas, Sultan berdoa bersama sambil beristirahat, pembantu dewa bergeser berjalan duduk sambil membawa air bunga dalam wadah untuk tepong tawar sekalian yang hadir dan dalam prosesi ini di ruangan di mainkan music gamelan salaseh atau marandowo.




 


 Setelah sultan menjalani beluluh, giliran Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat menjalani ritual Beluluh. Apabila sultan telah melakukan Beluluh, maka Sultan tidak boleh menginjakan tanah atau Betuhing sampai berakhirnya perayaan erau yang ditandai dengan belimbur.



 Pagelaran Seni Budaya Peserta Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI)


 Program BSBI yang telah dimulai sejak tahun 2003 dan telah memasuki tahun ke-16 serta menghasilkan 776 alumni dari 69 negara serta ditahun 2018 ada 72 pemuda dari 44 negara, 12 orang diantaranya telah belajar di Kutai Kartanegara.

Untuk diketahui, 12 peserta BSBI yang belajar di Kutai Kartanegara yaitu Amkha Innila (Laos), Ye Min Htun (Myanmar), Aldren Alferez (Filipina), Boston Naralyev (Kirgistan), Chihiro Kobayashi (Jepang) dan Nevana Bogicevic (Serbia). Kemudian Carolina Priego Sanchez (Spanyol), Roussos Kasiotakis (Yunani), Felicia Jeanine Soekartini Somoredjo (Suriname), Tahni Atariin (Kiribati), Timoci Mataitoga (Fiji), serta Widi Kusumawardhani (Jakarta-Indonesia). 



 Selama tiga bulan mempelajari seni budaya di Kutai Kartanegara, peserta BSBI sangat fokus dan konsentrasi mempelajari tari dan alat musik tradisional Kutai Kartanegara."Progresnya selama 3 bulan mereka belajar banyak tentang Kutai Kartanegara termasuk kehidupannya, mereka mengujungi pasar malam juga mencoba kuliner khas," jelas Ancah ketua Yayasan Gubang.



 Telah berlangsung Pagelaran Seni Budaya Kutai Kartanegara, di gedung Puteri Karang Melenu (PKM) Tenggarong Seberang, peserta Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) yang bertajuk "The Colours of Beautiful Indonesia". Di ketahui selama tiga bulan para pemuda ini belajar di Kota Raja Tenggarong, Kutai Kartanegara, di bawah asuhan Yayasan Gubang di Tenggarong ditunjuk sebagai mitra Kemenlu dalam menyiapkan segala fasilitas untuk para pemuda ini belajar seni budaya Kutai.



  Para pelajar ini menampilkan tarian Jepen dan Dayak, juga memainkan musik tingkilan yang telah di aransemen serta membaca tarsul, pagelaran seni ini disaksikan masyarakat umum. Puncaknya, para pelajar ini nantinya akan tampil dalam acara Indonesian Channel di Jakarta bersama peserta BSBI lainnya dari 6 daerah yakni Padang, Banyuwangi, Yogya, Makassar, Bali dan Kutai Kartanegara dan Mereka akan menampilkan semua yang telah dipelajari di daerah masing-masing.

Selama ini selain belajar di Yayasan Gubang, peserta program BSBI juga mempelajari Bahasa Indonesia di kampus Unikarta, dan belajar seni Dayak Benuaq di sanggar seni Pokan Takaq. Para pemuda ini juga mengunjungi SLB dan SMA Negeri 1 Tenggarong untuk mempelajari bagaimana pendidikan di Indonesia, sekaligus mempromosikan bahwa Kemenlu punya program yang bisa menjembatani Indonesia ke negara lain.





 


 Festival Kutai Benua Tuha Erau Adat Desa Sabintulung Tahun 2018


 Festival Kutai Benua Tuha Erau Adat desa Sabintulung yang berlangsung pada tanggal 21 April 2018 telah berlangsung dengan khidmat, acara ini di hadiri oleh Plt Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing martadipura dan Putra Mahkota, Kepala Dinas Pariwisata Kab Kutai kartanegara Dra. Sri Wahyuni. MPP., Camat Muara Kaman, Kepala Desa sabintulung, Ketua LPM, tokoh agama, tokoh pemuda dan masyarakat.

 Latar belakang pelaksanaan Festival Kutai Benua Tuha Erau Adat desa Sabintulung tahun 2018 ini adalah untuk melestarikan adat dan budaya Kutai Kartanegara agar kemudian mampu di kenal masyarakat luas, nasional bahkan masyarakat internasional. Mengingat pentingnya bagi kita untuk menjaga warisan leluhur, maka desa sabintulung, yang kalau kita lihat dari sisi historisnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kesultanan Kutai Kartanegara, harus ikut mengambil peran dalam rangka menjaga dan melestarikan kearifan lokal tersebut. Kutai Benua Tuha dianggap sebagai saudara tua atau “dingsanak tuha” dari Kesultanan Kutai Kartanegara sehingga Upacara Erau Adat Kutai Benua Tuha Desa Sabintulung diadakan sebelum Acara Erau Adat di Kesultanan Kutai Kartanegara. Hal ini di lakukan selayaknya oleh saudara yang lebih muda memberikan penghormatan kepada saudara yang lebih tua.

 Kegiatan ini di namakan dengan festival Kutai Benua Tuha Erau Adat desa Sabintulung, adapun di cantumkannya istilah benua tuha dalm festival erau adat desa Sabintulung merupakan cikal bakal terbentuknya desa Sabintulung sekarang ini, Benua Tuha memiliki nilai historis yang sangat penting bagi desa Sabintulung, selain sebagai cikal bakal desa Sabintulung, juga sebagai tempat mata pencaharian masyarakat seperti bercocok tanam dan mencari ikan, oleh karnanya Benua Tuha juga menjadi maskot dari desa Sabintulung itu sendiri.

 Acara ini berlangsung dari tanggal 21 – 27 April tahun 2018 yang bertempat di stadion gunung club desa Sabintulung Kecamatan Muara Kaman, adapun kegiatan olah raga tradisional dari Festival Benua Tuha Erau Adat Desa Sabintulung ialah Kukar Adventure berupa penampilan motor cross, Behempas bantal., Belogo, lomba bemamai, penampilan taria – tarian, lomba begubang atau perahu, lomba begasing, lomba beganjur atau engrang, lomba bakiak, lomba mincing, pertunjukan baca tarsul, lomba ces, lomba tarik tambang, zumba dan hiburan rakyat. Sedangkan acara adat ada betinjau, menaikkan benyawan, mengemba, belian, membuat juhan 7 tingkat.






 Jembayan Kampung Tuha 2018


 Festival Jembayan Kampong Tuha 2018 yang telah masuk dalam kalender event Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, kembali di gelar di Panggung Terbuka Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu. Pembukaan ini dihadiri Wakil Ketua DPRD Kab Kutai Kartanegara bapak Supriadi, unsur Musawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Kecamatan Loa Kulu, Kepala Dinas Pariwisata Kab Kutai Kartanegara Dra. Sri Wahyuni. MPP., perwakilan Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kecamatan Loa Kulu.

 Kepala Desa Jembayan Samsu Arjali mengatakan kegiatan ini berguna menghidupkan kembali budaya dan kearifan lokal yang ada di Desa Jembayan, kegiatan ini terlaksana berkat partisipasi masyarakat, dimana tahun ini merupakan tahun ketiga dalam penyelengaraan Festival Jembayan Kampong Tuha. Dalam kesempatannya Camat Loa Kulu H Adriansyah mengatakan Kami sangat mengapresiasi kegiatan yang telah dilaksanakan melalui gotong royong ini, apalagi kegiatan ini telah teragendakan dalam kalender event tahunan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara.

 Pemukulan gong oleh Staf Ahli Bupati Kutai Kartanegara Bidang Perekonomian dan Pembangunan H Heldiansyah sebagai tanda di bukanya Festival Jembayan Kampong Tuha 2018, dalam kesempatannya Plt Bupati Kukar Edi Damansyah dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bupati Bidang Perekonomian dan Pembangunan H Heldiansyah mengatakan kegiatan tersebut merupakan sebuah ekspresi untuk terus mengingat sejarah kejayaan Jembayan dimasa lampau dan juga sebagai ruang temu bagi semua pihak untuk duduk bersama menyuarakan gagasan yang bersifat membangun, sekaligus memberi ruang ekspresi seni untuk memelihara nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Desa Jembayan.

Untuk diketahui kegiatan Festifal Kampong Tuha dilaksanakan sejak 19 sampai dengan 25 Maret 2018, adapun agenda kegiatan berupa karnaval, pertunjukan seni, bazar kuliner dan kerajinan, ngetam padi gunung, olahraga tradisional, ngentul benda, napak tilas situs sejarah, ngapeh budaya, lomba nyanyi lagu kutai, susur sungai jembayan, begenjoh, workshop (kerajinan) dan becolet muha.


 D’OS Event Muara Jawa


 Beragam acara diselenggarakan selama sepekan di Kecamatan Muara Jawa pada gelaran event yang bertajuk D’OS Event yang di mulai sejak tanggal 21 Februari 2018, diawali denga kegiatan bertajuk Battle For The Beat yang diikuti puluhan penggemar breakdance dan music hip hop dari berbagai daerah, yang di ketahui pesertanya tidak hanya berasal dari Muara Jawa saja, ada dari Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, Palu, Bandung dan Surabaya.

 kegiatan D’OS Run, berlangsung di Lapangan Sudirman pada Jumat tanggal 26 Februari 2018,  Ribuan kawula muda memadati lapangan Sudirman, karna pada malam itu menghadirkan para Disk Jockey ( DJ ) yang akan menghibur warga Muara Jawa. Dalam kesempatannya Rizky A Putra sebagai ketua panitia pelaksana D’OS Run merupakan yang pertama kali di gelar di Muara Jawa Kutai Kartanegara, acara ini di gelar bersamaan dengan HUT ke – 13 Radio Delta Mahakam dan HUT ke 7 Edge Crew ( E.O.S ) yang juga sebagai penyelenggara kegiatan.

 Acara pun berlangsung dengan daiawali pemotongan Tumpeng serta penyalaan kembang api oleh Sekretaris Camat Muara Jawa Gunawan, beserta ketua KNPI Muara Jawa Hambrani dan Ketua Karang Taruna Muara Jawa Saddam Abdullah. Untuk di ketahui bahwa tak hanya Festival dangdut, panitia juga menggelar berupa lomba karaoke yang di laksanakan mulai 23 – 24 Februari, dan sebagai penutup seluruh rangkaian di laksanakan kegiatan D’OS Green pada 28 Februari 2018 dengan menanam pohon sebanyak 500 bibit trambesi yang di pimpin oleh Camat Muara Jawa Ahmad Junaidi dan diikuti para pegawai di lingkungan Kecamatan Muara Jawa dan Kelurahan Muara Jawa Pesisir, pengurus KNPI Muara Jawa, Karang Taruna dan komunitas masyarakat di Muara Jawa.


 Festival Cerau Kampong Muara Kaman


 Bertempat di desa Muara Kaman Ilir, kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara telah berlangsung pembukaan acara adat Cerau Kampong Mulawarman, hadir pada acara pembukaan tersebut diantara Plt Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah, Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara H. Marli, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, Dra. Sri Wahyuni. MPP., dan BPCB Provinsi Kalimantan Timur, perwakilan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura H Adji Pangeran Haryo Kusumo (APHK) Poeger, sejumlah anggota DPRD Kutai Kartanegara, Camat Muara Kaman Surya Agus, Kapolsek Muara Kaman AKP TM Panjaitan, serta Danramil Muara Kaman Kapten Inf Ali Ahmad, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama.


 Camat Muara Kaman Surya Agus dalam sambutannya menyampaikan Kecamatan Muara Kaman memiliki nilai sejarah yang wajib diperhatikan oleh pemerintah, ada dua agenda erau tahun ini yaitu Erau Muara Kaman dan Erau Benua Lawas Desa Sabintulung, dan melalui Nilai-nilai sejarah perlu kita angkat sebagai perekat kita semua, perlu pengamanan terhadap areal situs Lesung Batu. Acara adat Cerau dilaksanakan dalam rangka pagelaran pesta adat seni budaya Kerajaan Kutai Mulawarman, dan merupakan tradisi budaya suku Kutai Muara Kaman.Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura pun dalam kesempatannya menyampaikan,yang di wakili H Adji Pangeran Haryo Kusumo Poeger, bahwa pihak Kesultanan mendukung sepenuhnya pelaksanaan Cerau dan berharap masuk dalam agenda rutin Pemerintah Kecamatan. Semoga potensi wisata Muara Kaman dapat menjadi ikon wisata Kabupaten Kutai Kartanegara dan Provinsi Kaltim.


Acara pun di buka oleh Plt Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah dalam sambutan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Dra. Sri Wahyuni. MPP, berharap Semoga melalui festival Cerau mampu mengangkat wisata lokal dan menumbuhkan perekenomian masyarakat lokal, Pelaksanaan acara adat Cerau sendiri bertujuan untuk mendukung program pemerintah di bidang pariwisata dan budaya, sehingga mampu mengangkat seni tradisional yang merupakan asli budaya lokal kecamatan Muara Kaman, tradisi adat istiadat Kutai Muara Kaman dapat dilestarikan dalam festival Cerau dan menjadi salah satu ikon sejarah di Kutai Kartanegara.


Acara adat Cerau ditandai dengan acara sakral atau ritual arak-arakan Lipan dan Baong Putih, tepong tawar, serta penyalaan damar ketepot. Untuk diketahui bahwa Kesenian Cerau budaya yang berlangsung dari tanggal 17 Februari hingga 23 Februari 2018 ini akan menampilkan sejumlah agenda, diantaranya Pasar Expo, Prosesi ritual adat Mendirikan Tiang Ayu,Tepong Tawar, Penyalaan Damar Ketepot, pentas seni Bejepen, Musik Etnik, Betingkilan, Kelentangan, lomba tradisional berupa Lomba Tarik Tamban diikuti 20 Desa, Lomba Burung Lanten Berkicau, Lomba Betonjakaan, literasi, jelajah situs dan gelar wicara.